Kamis, 27 November 2014

Ijazah Syaikh Umar Hamdan al-Mahrasi Kepada Murid-Muridnya

0 komentar

 

New Picture

Photo : Syaikh Umar Hamdan al-Mahrasi

Pendahuluan,

Sesungguhnya Allah telah memuliakan umat ini dengan isnad, yang tidak pernah ada bagi umat sebelumnya sebuah ciri khas semisal ini. Itulah sunnah yang dilakukan salaf lalu diikuti oleh khalaf, menjadikan mereka saling tersambung satu sama lainnya bagaikan sebuah benang yang tidak pernah terputus sampai akhir zaman. Sungguh Allah telah menghidupkan bagi kita para ulama yang sibuk dalam bidang ini. Mereka memelihara dengan ikhlas sanad ini, menghidup-hidupkan kebiasaan salaf dalam menerima dan menyampaikan hadits. Mereka menyema’ dan membacakan hadits-hadits satu sama lain tanpa kenal lelah, atau saling memberi ijazah dengan berbagai macam caranya. Mereka himpun nama-nama dan biografi guru-guru mereka dan sanad-sanadnya yang tersambung sampai pemilik kitab masyhur, terus begitu sampai kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Namun ada sebagian kaum yang jahil tentang ilmu ini, tapi menisbatkan diri sebagai anak murid dari musnid zamannya, bahkan menurut penuturan mereka, gurunya telah menuntut ilmu kepada ulama itu lebih dari 10 tahun lamanya. Lucunya, mereka jahil terhadap ilmu periwayatan dan seni-seninya, padahal sang ulama justru lebih terkenal sebagai ulama riwayah sehingga disebut Musnid Haramain daripada ulama dirayah. Kaum pengaku-ngaku ini tidak paham apa itu ijazah ammah, apa itu hadits musalsal, apa itu kitab tsabat dan lain-lainnya. Tidak heran, karena mereka dikenal sebagai pendusta yang suka bertaqiyah, susah dibedakan mana yang jujur mana yang dusta. Dalam ilmu hadits riwayat orang seperti ini ditolak, seperti riwayat Rafidhah. Anehnya, mereka menjadikan sanad periwayatan yang ada pada mereka itu sebagai sarana dalam mengkafirkan manusia dan menolak semua ilmu yang datang dari selain golongannya. Mereka mengatakan kepada murid-muridnya yang lugu, kalau sanad ini sudah terputus diluar sana dan hanya ada pada mereka saja. Ini musibah diantara sekian banyak musibah yang ada pada mereka, yang kita patut prihatin akan keadaan ini.

Ulama yang diklaim sebagai kakek guru mereka itu adalah Syaikh al-Allamah al-Musnid Umar bin Hamdan bin Umar bin Hamdan al-Makki al-Madani. Dikenal juga dengan “al-Mahrasi” yaitu nisbat kepada sebuah daerah yang bernama Mahras, karena beliau lahir disana (1293 H - 1368 H/1949 M)[1]. Beliau termasuk dari guru bagi guru-guru kami, musnid dizamannya, dan berhubungan dengan banyak ulama diberbagai negeri sehingga tidak mungkin sanadnya terputus hanya disatu kelompok saja.

Bahkan, diantara yang masih hidup sampai ditulisnya risalah ini dari murid-murid Syaikh Umar Hamdan dalam riwayah, adalah guru kami Syaikh al-Musnid Ahmad dan Syaikh Muhammad keduanya anak dari Syaikh Abu Bakar al-Habsyi[2] dan Syaikh al-Musnid Hasan bin Syaikh Husein al-Basandwah. Mereka mendengar dari Syaikh Umar Hamdan beberapa musalsal dan mendapatkan ijazah ammah sedangkan waktu itu mereka masih remaja. Hal ini dikarenakan bapak mereka merupakan rekan dan murid Syaikh Umar bin Hamdan, dimana kadang sebagian ulama meminta kepada guru atau rekannya itu agar mengijazahi anaknya atau muridnya. Dan faktor kedekatan itu lah yang membantu guru-guru kami diatas mendapatkan sanad yang tinggi ketika mereka masih kecil.

New Picture (2) New Picture (1)

Photo : Syaikh Hasan bin Syaikh Husein al-Basandwah (Kanan) dan Syaikh Ahmad Abu Bakar al-Habsyi (Kiri)

Mengenal Ijazah-Ijazah Ini

Nash-nash ijazah hadits dari Syaikh Umar Hamdan kepada sebagian murid-muridnya yang akan kami angkat ini, berasal dari dua sumber:

Pertama, dari Kumpulan Ijazah Syaikh Muhammad bin Abdul Hadi al-Manuni yang diijazahkan kembali kepada murid-muridnya. Kitab ini merupakan kumpulan ijazah al-Manuni dari guru-gurunya yang lebih dari 20 orang, yang diantaranya (pada halaman 5-6) adalah ijazah dari Syaikh Umar bin Hamdan.

New Picture (3)

Photo : Syaikh Muhammad Abdul Hadi al-Manuni

al-Manuni adalah ahli sejarah terkenal yang berasal dari Maghrib, Maroko. Lahir pada tahun 1333 H/ 1915 M dan meninggal tahun 1420 H/ 1999 M.[3] Guru-guru beliau dalam ijazah hadits sangat banyak, sebagaimana disebutkan dalam kitab. Sebagian diantaranya : Syaikh al-Mu’arikh Abdurrahman bin Zaidan al-Alawi, al-Allamah al-Muhadits Abdul Hafizh bin Muhammad Thahir al-Fihri al-Fasi, al-Allamah al-Musnid al-Kabir Muhammad Abdul Hayy bin Abdul Kabir al-Kattani, Syaikh al-Musnid Umar bin Hamdan al-Mahrasi, Syaikh al-Mu’arikh Muhammad Raghib ath-Thabakh dan lainnya. Diantara yang meriwayatkan kumpulan ijazah ini secara ammah dari Syaikh al-Manuni adalah Syaikh kami al-Muhadits Prof. Dr. Ashim bin Abdullah al-Quryuthi dan Syaikh al-Musnid Muhammad Ziyad at-Tuklah sebagaimana disebutkan dalam ijazah keduanya kepada kami.

New Picture (4)

Nash Ijazah Umar Hamdan kepada al-Manuni lembar awal

Kedua, dari kitab karya Syaikh al-Musnid Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani yang berjudul Raudh an-Nadhir pada hal 29-31. Ada dua ijazah dari Syaikh Umar Hamdan untuk Syaikh al-Fadani yang disebut disana, yang pendek ada juga yang agak panjang, kami akan terjemahkan kedua-duanya.

Adapun, kredibilitas al-Fadani dalam bidang ini tidak usah dibicarakan lagi, namanya masyhur dan menjadi rujukan sanad para ulama dunia sehingga dijuluki ‘musnid dunya’. Banyak guru kami yang tersambung kepada beliau, baik melalui sama’i, qira’at ataupun ijazah, bahkan beliau pun mengijazahi semua orang yang menjumpai masa hidupnya. Jadi tidak usah disebutkan lagi ketersambungan kami dengan Syaikh al-Fadani.

New Picture (5)

Nash Ijazah Umar Hamdan kepada al-Fadani lembar awal

Sebenarnya kami pun memiliki beberapa naskah ijazah lagi, seperti:

1. Ijazah Umar Hamdan untuk Musnid Najd dizamannya, Syaikh Sulaiman ash-Shani’, dalam bentuk scan/photo manuskrip, kemudian manuskrip ini dikumpulkan dalam kitab khusus oleh Syaikh Abu Zakaria Shalih bin Sulaiman al-Hijji yang dicetak berjudul Tsamr al-Yani’ fi Ijazat ash-Shani’.

2. Ijazah Umar Hamdan untuk Musnid Maghrib, Syaikh Abdul Adzim bin Muhammad Mahdi al-Kattani, berbentuk scan/photo manuskrip.

3. Ijazah Syaikh Umar Hamdan untuk sebagian ulama Hadrmaut, berbentuk scan/photo manuskrip.

4. Ijazah untuk Musnid Yaman, Syaikh Abu Bakar bin Ahmad al-Habsyi, yang disebutkan dalam kitab Tsabat ad-Dalil al-Masyir hal 323-327.

5. Dan lainnya.

Namun, naskah-naskah ini tidak akan kami terjemahkan seluruhnya, karena keterbatasan waktu dan kemampuan, cukup kami jadikan tambahan dan kutipan.

New Picture (6)

Ijazah Umar Hamdan untuk Syaikh Abdul Adzim bin Muhammad Mahdi al-Kattani

Berikut ini terjemahan tiga nash ijazah itu:

Nash Ijazah Kepada al-Manuni [4] :

Syaikh Umar Hamdan berkata:

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji hanya bagi Allah, Rabbnya seluruh alam semesta, Yang telah memilih umat ini dengan kemuliaan Isnad, dan telah menjadikan para pembawa Sunnah sebagai tiang penopang yang terkuat, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haqq untuk diibadahi selain Allah yang Esa tiada sekutu bagiNya, Yang mengutus rahmatNya didalam nikmat-nikmatNya yang mengalir berturut-turut tanpa terputus dan habis, dan aku bersaksi sesungguhnya pemimpi kami dan kekasih kami, Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya, yang benar segala ucapan dan perbuatannya, yang baik sifat-sifatnya dan wataknya, Beliau telah menerangi hati kami dengan cahayanya yang tersebar luas, maka alangkah baiknya perbuatannya dan faidah yang beliau berikan, semoga Allah bershalawat atas Beliau, keluarganya, dan para sahabatnya, yang merupakan hamba-hamba dan ahli zuhud yang paling utama,

Adapun setelah itu semua, berkata hamba yang faqir kepada Allah Subhanah Umar bin Hamdan Al-Mahrasi, pelayan ilmu di dua tanah haram yang mulia: “Sungguh telah meminta padaku Asy-Syarif Al-Alim Al-Faqih Al-Muhaddits Ash-Shufi As-Sayyid Abdurrahman bin Zaidan[5] tokohnya para Syarif Al-Alawiyyin di Maknas untuk memberikan Ijazah kepada Asy-Syarif Muhammad bin Abdul Hadi Asy-Syarif Al-Hasani Al-Manuni, yang sekiranya menurutku mengabulkan permintaannya tersebut adalah kewajiban bagi saya, maka saya kabulkan permohonannya dan penuhi keinginannya[6], maka saya berkata:

“Sungguh saya telah meng-ijazahkan Asy-Syarif Muhammad bin Abdul Hadi tersebut dengan ijazah ‘Aammah (yang umum) Muthlaqah yang sempurna[7], dan saya memulai[8] dengan hadits Musalsal Bil Awwaliyyah Al-Haqiqiyyah[9], maka saya berkata:

“Telah bercerita padaku Hadits Rahmat “Al-Musalsal Bil Awwaliyyah” Syaikh kami Al-Imam Asy-Syaikh Abu An-Nashr Al-Khathib Ad-Dimasyqi Asy-Syarif Al-Qadiri[10], dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah bercerita padaku tentang Hadits ini ayahku Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Khathib, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah bercerita padaku tentang Hadits ini Asy-Syaikh Khalil Al-Hisyah, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah berkata padaku tentang Hadits ini Asy-Syaikh Muhammad Khalil Al-Kamili, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah bercerita padaku tentang Hadits ini Asy-Syaikh Ismail Al-‘Ajaluni, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah bercerita padaku tentang Hadits ini Asy-Syaikh Abdul Ghani An-Nabulisi, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah bercerita padaku Asy-Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazzi, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah bercerita padaku tentang Hadits ini ayahku Asy-Syaikh Al-Badr Ahmad bin Muhammad Al-Ghazzi, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: telah mengabarkan padaku Al-Qadhi Zakariya bin Muhammad Al-Anshari, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah mengabarkan padaku tentang Hadits ini Al-hafidh Ahmad bin Hajar Al-‘Asqalani, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah mengabarkan padaku tentang Hadits ini Al-hafidh Abu Al-Fadhl Abdurrahim bin Al-Husain Al-Iraqi, ia berkata: Telah bercerita padaku tentang Hadits ini Al-Shadr Al-Midumi dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah mengabarkan padaku An-Najib Abdul Lathif bin Abdul Mun’im Al-Harrani, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah menceritakan padaku tentang Hadits ini Al-Hafidh Abul Faraj Abdurrahman bin Ali Al-Jauzi, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah mengabarkan pada kami Abu Sa’d Ismail bin Abu Shalih, dan Hadits ini adalah Hadits yang pertama (yang saya dengar darinya), ia berkata: Telah mengabarkan padaku Ayahku Abu Shalih Ahmad bin Abdul Malik Al-Muadzdzin, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah bercerita pada kami Muhammad bin Ziyad bin Mahmisy dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah mengabarkan pada kami Abu Hamid Ahmad bin Muhammad bin Yahya bin Bilal Al-Bazzaz dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah mengabarkan pada kami Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam Al-‘Abdi, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, ia berkata: Telah mengabarkan pada kami Sufyan bin Uyainah, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, dan Musalsal ini berhenti padanya, dari Amr bin Dinar dari Abu Qabus Maula Abdullah bin Umar dan Ibnu Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhuma dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata: Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Orang-orang yang kasih sayang akan dirahmati Allah yang Maha Rahman Tabaraka wa Ta’ala, sayangilah makhluk yang dibumi maka dzat yang diatas langit akan menyayangi kalian“.

Dan hadits ini telah dikeluarkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Muhammad bin Abi Umar Al-‘Adani dari Sufyan, dan At-Tirmidzi berkata: Hasan Shahih.

Adapun Isnad-isnad kami untuk kitab-kitab Hadits, Tafsir, Fiqih, dan keseluruhan (cabang) ilmu maka telah tertulis didalam (kitab-kitab) Tsabat Masyayikh kami dan Masyayikh mereka.[11]

Dan adapun Tsabat Syaikh kami Syaikh Falih, maka saya meriwayatkannya dari penulisnya secara Sama’ kepadanya (mendengar langsung darinya). Dan adapun tsabat Syaikh Shalih Al-Fullani[12], maka saya meriwayatkannya dari Syaikh kami As-Sayyid Ali Dhahir Al-Madani dari Syaikh Abdul Ghani Al-Mujadidi dari Syaikh Muhammad ‘Abid As-Sindi, dan dengan Sanad inilah saya meriwayatkan (Tsabat) Hashr Asy-Syarid min Asanid Syaikh ‘Abid[13], dan Syaikh ‘Abid meriwayatkan dari Syaikh Shalih Al-Fallani. Dan saya (Umar Hamdan) meriwayatkan Tsabat Syaikh Ibrahim Al-Kurani, Tsabat Syaikh Ahmad An-Nakhli, dan Tsabat Syaikh Abdullah bin Salim Al-Bashri dari Syaikh Shalih Al-Fullani ini dari Syaikh Muhammad Sa’id Saqr Al-Madani dari Syaikh Abu Thahir Al-Kurani dari ayahnya Syaikh Ibrahim Al-Kurani[14] dan dari Syaikh Ahmad An-Nakhli[15] dan dari Syaikh Abdullah bin Salim Al-Bashri[16]. Dan kitab Tsabat tiga orang Syaikh ini sudah terkenal.

Adapun kitab Tsabat Asy-Syaukani, maka saya meriwayatkannya dari As-Sayyid Husain bin Muhammad Al-Habsyi dari Muhammad bin Nashir Al-Hazimi dari penulisnya Syaikh Muhammad bin Ali Asy-Syaukani.

Dan saya berwasiat kepada As-Sayyid (Muhammad bin Abdul Hadi) yang diberi Ijazah ini agar bertaqwa kepada Allah Ta’ala didalam keseluruhan gerakannya dan diamnya, dan saya meminta kepadanya agar tidak melupakan saya dari doa-doa baik(nya).[17]

Berkata hamba Rabbnya tawanan dosanya, Umar bin Hamdan, pelayan ilmu di dua tanah Haram yang mulia pada tanggal 20 Muharram tahun 1357 H.

Faidah :

1. Bolehnya meminta ijazah untuk orang lain

2. Istilah dalam ilmu riwayah: “Ijazah ammah mutlaqah taamah”

3. Penyebutan Hadits Musalsal bil awwaliya dan macam-macamnya.

4. Sanad Musalsal Syaikh Umar Hamdan melalui Jalur Syaikh Abu an-Nashr,

5. Bolehnya meriwayatkan secara ijazah kepada kitab-kitab hadits, tafsir, fiqh dan lainnya melalui perantaraan tsabat-tsabat. Baik itu tsabat yang dibuat gurunya atau guru dari guru-gurunya.

6. Sanad Syaikh Umar Hamdan kepada beberapa tsabat masyhur.

7. Mujiz memberi wasiat kepada mujaz diakhir ijazah

8. Disebutkannya tarikh ijazah dalam sebuah ijazah tertulis.

Nash Ijazah Kepada al-Fadani (1)

Bismillah. Berkata yang faqir kepada Rab-nya Umar bin Hamdan, pelayan ilmu di Haramain asy-Syarifain: Sungguh aku ijazahi Syaikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani al-Makki dengan apa-apa yang terdapat dalam Tsabat al-Amir dan Tsabat Syaikh asy-Syanwani. Adapun Tsabat yang awal kami meriwayatkannya dari guru kami as-Sayyid Muhamad Ali Dhahir al-Witri dari Syaikh Ahmad Manatullah al-Adawi dari Syaikh Muhammad al-Amir al-Kabir[18]. Adapun Tsabat yang kedua, dari guru kami as-Sayyid Husein al-Habsyi dari As-Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dari Syaikh Utsman ad-Dimyati dari Syaikh as-Syanwani[19]. Dan aku meriwayatkan Tafsir Ibnu Katsir dengan sanadnya kepada al-Amir dari as-Sayyid al-Bulaidi dari Syaikh Muhammad bin Abdul Baqi al-Jarqani dari as-Sayyid Yusuf al-Armiyuni dari al-Imam as-Suyuthi dari Taqiyyudin bin Fahd dari Kamaluddin Ibnu Thahirah dari al-Hafizh Ibnu Katsir. Ditulis di hadapan Ka’bah pada tanggal 2 Shafar tahun 1360 H.

Faidah :

1. Sanad Syaikh Umar Hamdan kepada dua tsabat terkenal.

2. Bolehnya meriwayatkan secara ijazah kepada kitab-kitab melalui perantaraan tsabat-tsabat, sebab biasanya dalam tsabat-tsabat disebutkan sanad-sanad yang muntasil dari penulis tsabat kepada penulis-penulis kitab masyhur.

3. Wujudnya sanad kepada Ibnu Katsir terutama untuk kitab tafsirnya yang masyhur melalui jalan Tsabat al-Amir al-Kabir.

Nash Ijazah Kepada al-Fadani (2)

Setelah Muqadimah, beliau berkata:

Amma ba’du, berkata al-Faqir kepada Rabb-nya Umar bin Hamdan al-Mahrasi khadam sunnah al-muhamadiyyah di Haramain asy-Syarifain semoga Allah memahamkannya. Sungguh meminta kepada saya ijazah Hadhrat al-Fadhil an-Nabih, al-‘alim an-Nabih, Syaikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani al-Makki, yang merupakan lulusan dari Darul Ulum ad-Diniyah dan Pengajar didalamnya, sungguh aku akan penuhi permintaan dan keinginannya dengan berkata: -dan hanya kepada Allah lah bertawakal- “Aku ijazahi hadhrat al-Fadil tersebut dengan semua apa-apa yanga ada padaku berupa riwayat-riwayatku, bacaan-bacaanku, dan pendengaran-pendengaran ku, dan juga ijazah-ijazahku dari guru-guruku para ‘alim di Haramain asy-Syarifain, Maghrib, Mesir, dan Hadhrmaut, ijazah ammah mutlaqah taamah. Agar meriwayatkannya kembali dari apa yang dikehendaki darinya kepada siapa yang dikehendaki. Dan telah ditanya sebagian sanad ku dalam demikian itu, agar yang bersangkutan mengetahuinya, maka aku katakan : Dan hanya kepada Allah lah aku bertawakal, “Aku meriwayatkan hadits al-Awwaliyah dari Syaikh hafizh zamannya Abu al-As’ad as-Sayyid Abdul Hayy al-Kattani dan ini adalah hadits pertama yang didengar darinya, di Madinah Munawarah tahun 1324, beliau berkata: mengkhabarkan kepada saya bapakku as-Sayyid Abdul Kabir al-Kattani asy-Syarif al-Hasani al-Idrisi dan ini adalah hadits pertama yang didengar darinya, dari Syaikh Abdul Ghani ad-dihlawi dan ini adalah hadits pertama yang didengar darinya, dari Syaikh Abid as-Sindi al-Anshari yang berkata: dan ini adalah hadits pertama yang didengar darinya, dari Syaikh Shalih al-Fullani dan ini adalah hadits pertama yang didengar darinya, dari Syaikh Muhammad bin Sinnah al-Umari, dan ini adalah hadits pertama…, dari Maulana asy-Syarif Muhammad bin Abdullah al-Wawalati dan ini adalah hadits pertama…, dari al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani, dan ini adalah hadits pertama…, dari al-Hafidh Zain ad-Din Al-Iraqi, dan ini adalah hadits pertama…, dari al-Shadr al-Midum dan ini adalah hadits pertama…, dia berkata: menceritakan kepada kami hadits ini Abul Faraj ibnu Al-Jauzi, dan ini adalah hadits pertama…, dari Abu Sa’d Ismail bin Abu Shalih al-Mu’adzin an-Nisaburi, dan ini adalah hadits pertama…, dari Ayahnya Abu Shalih dan ini adalah hadits pertama…,, dari Abi Thahir Muhammad bin Mahmasy al-Zayadi dan ini adalah hadits pertama…, dari Ahmad bin Yahya Al-Bazzaz dan ini adalah hadits pertama…, dari Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam, dan ini adalah hadits pertama…, dari Sufyan bin Uyainah, dan Hadits ini adalah Hadits pertama yang saya dengar darinya, dan Musalsal ini berhenti padanya, dari Amr bin Dinar dari Abu Qabus Maula Abdullah bin Umar dan Ibnu Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhuma dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata: Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Orang-orang yang kasih sayang akan dirahmati Allah yang Maha Rahman Tabaraka wa Ta’ala, sayangilah makhluk yang dibumi maka dzat yang diatas langit akan menyayangi kalian“. Hadits hasan shahih, dikeluarkan oleh Bukhori dalam al-Kuna dan dalam al-Adab al-Mufrad, dan Abu Dawud, dalam Sunannya, dan Tirmidzi dalam Jami’ nya dan al-Humaidi dalam Musnadnya.

Dan adapun sanadku dalam kitab yang enam, dan muwatho, dan kitab fiqh mazhab yang empat, dan berbagai macam bidang lainnya, sungguh telah tercantum dalam Atsbat guru-guruku atau guru-guru mereka. Dan sungguh aku meriwayatkan tsabat syaikh Falih darinya langsung dengan mendengar darinya berkali-kali dan beliau mengijazahi aku dengan apa-apa yang ada didalamnya juga seluruh riwayatnya. Dan Tsabat Syaikh Abdul Ghani yang disebut al-Yani al-Jani’ meriwayatkan dari guru kami Sayyid Ali Dhahir al-Witri dari Syaikh Abdul Ghani al-Mujadidi dan Tsabat Syaikh Abid As-Sindi. Dan meriwayatkan Tsabat Syaikh Shalih al-Fullani yang disebut Qatf al-Thamar dengan sanadnya kepada Syaikh Muhammad Abid dari penulisnya. Dan aku meriwayatkan Tsabat Mulla Ibrahim al-Kurani yang disebut juga al-Umam dan Tsabat an-Nakhli dan Tsabat Syaikh Abdullah bin Salim al-Bishri dengan sanadnya kepada Syaikh Shalih al-Fullani dari Syaikh Muhammad Sa’ad Safar dari Abi Thahir al-Kurani dari tiga orang tadi: al-Mulla Ibrahim al-Kurani, Syaikh Ahmad an-Nakhli dan Syaikh Abdullah bin Salim al-Bashri. Dan aku meriwayatkan tsabat al-Amir dari as-Sayyid Ali Dhahir al-Witri al-Madani dari Syaikh Manatullah al-Adawi dari penulisnya Syaikh Muhammad al-Amir. Dan aku meriwayatkan al-Awail al-‘Ajluniyah dari Syaikh Abu Nashr al-Khathib dari Syaikh Khalil dari Syaikh Muhammad al-Hulaili al-Kamali dari penulisnya Syaikh Ismail al-Ajluni. Tiap apa yang aku sebutkan itu dengan syarat mu’tabar disisi ahli atsar. Aku wasiatkan kepada mujaz agar bertakwa kepada Allah dalam keadaan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, yang dhahir maupun bathin… dst.

Faidah :

1. Sanad dari jalur lain bagi Syaikh Umar Hamdan untuk musalsal bil awwaliyah.

2. Kebiasaan ahli riwayah jika tidak memungkinkan membaca keseluruhan kitab, maka mereka membaca awail kitab (awal kitab-kitab) nya saja. Ketika mereka akan meriwayatkannya kembali, mereka berkata, “Aku meriwayatkan kitab fulan dari guruku secara sama’i pada awal-awal kitab dan selebihnya ijazah”.[20]

3. Diantara kitab awail yang populer dibaca adalah awail Ajluniyah.

Kebiasaan ahli riwayah dalam ijazah biasanya menyebutkan perkataan, “dengan syarat mu’tabar disisi ahli atsar”, walaupun tidak selalu demikian. Arti kalimat ini adalah dengan syarat menjaga ketepatan periwayatan dari perubahan. Atau maksudnya agar orang yang diberi ijazah (mujaz) memeriksa setiap riwayat, tidak menerima dan meriwayatkan kecuali dengan penelitian terlebih dahulu [as-surianji].

 

 


[1] Lihat biografi dan sanad periwayatannya dalam kitab A’lam Al-Makkiyyin (1/38-39), Ad-Dalil Al-Musyir (hal. 310-327), Bulugh Al-Amani (hal. 9-13) dan lainnya. Syaikh al-Fadani telah menulis ringkasan tsabat Syaikh Umar Hamdan Al-Mahrasi dalam Ittihaf Al-Ikhwan.

[2] Lihat dalam Tsabatnya yang disebut “Ad-Dalil Al-Musyir”.

[3] Lihat biografinya dalam Natsr al-Jawahir hal. 2087 – 2090.

[4] Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Rifki Fauzi Junaidi.

[5] Beliau adalah gurunya al-Manuni

[6] Ini diantara kebiasaan ulama, yaitu seseorang boleh memintakan ijazah hadits kepada seorang musnid untuk orang lain, misalnya untuk muridnya, salah satu keluarganya, atau temannya. Disebut dengan Istid’a ijazah.

[7] Maksudnya izin untuk meriwayatkan bagi semua riwayatnya secara mutlak baik yang melalui sama’, ardh, ijazah, munawalah dan lainnya.

[8] Diantara kebiasaan ulama ahli hadits, adalah membuka majelis haditsnya dengan musalsal bil awwaliyah begitu pula dalam ijazah tertulis, mereka suka memulainya dengan musalsal ini, walaupun tidak mesti selalu demikian. Didalam musalsal ini terkandung banyak sekali faidah.

[9] Musalsal bil Awwaliyah terbagi dua: musalsal al-haqiqiyyah dan al-Idhafiyah. Jika hadits rahmah ini benar-benar pertama kali hadits yang didengar dari gurunya maka disebut Musalsal bil Awwaliya al-Haqiqiyah. Jika hadits rahmah ini bukanlah hadits yang pertama didengar dari gurunya, tetapi hadits yang pertama didengar di majelis itu misalkan, atau hadits musalsal yang ia dengar pertama kali, dan lainnya, maka disebut musalsal bil Awwaliyah al-Idhafiyah.

[10] Ini salah satu sanad beliau untuk musalsal ini, disebutkan kembali sanad ini oleh beliau dalam ijazah untuk Syaikh Abu Bakar al-Habsyi. Diketahui, Syaikh Umar Hamdan telah meriwayatkan pula melalui gurunya yang lain seperti dari Syaikh Falih Adh-Dhahiri, Syaikh Abdul Hayy bin Abdul Kabir al-Kattani dan lainnya sebagaimana nampak dalam nash ijazah beliau yang lain.

[11] Yakni untuk mengetahui sanad-sanad kitab-kitab berbagai cabang ilmu, bisa merujuk tsabat-tsabat yang disebutkan oleh beliau ini.

[12] Syaikh Salih bin Muhammad Al-Fullani (w. 1218H), tsabatnya: Qatf al-Thamar fi Raf’i Asanid Al-Musannafat fi Al-Funun wa Al-Athar

[13] Syaikh Muhammad ‘Abid , wafat 1257H.

[14] Syaikh Abu Thahir Ibrahim bin Hasan Al-Kurani (w. 1101H) , Tsabatnya Al-Umam li Iqaz Al-Himam

[15] Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Nakhli al-Makki (w. 1114), tsabatnya Bughyat al-Thalibin li Bayani al-Mashayikh al-Muhaqqiqin al-Mu'tamidin

[16] Syaikh ‘Abdullah bin Salim Al-Basri al-Makki (w. 1134H), Tsabatnya Al-Imdad bi Ma’rifati ‘Uluwi al-Isnad

[17] Ini diantara kebiasaan Mujiz, yaitu memberi wasiat yang baik kepada muridnya dalam akhir ijazah-ijazah mereka.

[18] Tsabat itu berjudul Sadd Al-Arab min 'Ulum Al-Isnad wal Adab karya Syaikh Muhammad Al-Amir Al-Kabir Al-Misri (w. 1232 H)

[19] Tsabat itu berjudul Al-Durar Al-Saniyyah li ma 'Ala Min Al-Asanid As-Syanwaniyyah karya Syaikh Muhammad bin Ali As-Syanwani (w. 1233 H)

[20] Fahras al-Faharis (1/94).

Leave a Reply

Mohon berkomentar dengan santun

Labels